Gunung Sibuatan yang merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Utara akan memberikan kesan, pengalaman tersendiri, berbeda dibandingkan gunung lainnya.Dari base camp hingga puncak, para pendaki akan melewati hutan dengan pohon-pohon tinggi, kemudian hutan lumut, hingga ke puncak. Hanya beberapa menit menjelang puncak, pepohonan akan berkurang, tetapi itu pun masih cukup hijau. Karena itu, berbeda dibandingkan gunung lainnya di Sumatera Utara dimana ketika telah mencapai puncak para pendaki bisa memandang bebas panorama alam sekitar gunung. Ketika mendaki Gunung Sibuatan, para pendaki tidak akan mendapatkan pemandangan seperti itu.
Mendaki Gunung Sibuatan susah-susah gampang. Hal ini karena puncak Gunung Sibuatan masih ditumbuhi pohon, semak cukup rapat. Hanya pada beberapa lokasi saja, bisa memandang jauh hingga Danau Toba. Itu pun jika cuaca cukup cerah. Jika mendung atau berkabut, dipastikan para pendaki tidak akan dapat melihat pemandangan menakjubkan tersebut.
Selain melewati tantangan berupa naik turun tiga lembah dan tiga bukit sebelum mencapai puncak, sebagian besar adalah hutan lumut, kesempatan langka merasakan pemandangan tersebut membuat petualangan alam mendaki Gunung Sibuatan menjadi lebih menantang, berkesan.
Dengan ketinggian mencapai 2.457 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut), Gunung Sibuatan adalah gunung tertinggi di Provinsi Sumatra Utara. Ketinggiannya mengalahkan gunung lainnya di Sumatera Utara seperti Gunung Sorik Merapi, Gunung Sibayak, Gunung Toba. Bahkan Gunung Sinabung sebelum meletus adalah gunung paling populer bagi para pendaki gunung di Sumatera Utara. DAFTAR IDN POKER Gunung Sinabung memiliki ketinggian mencapai 2.451 MDPL. Namun, karena Gunung Sinabung masih sering mengalami erupsi, maka ketinggiannya dapat berubah cepat. Sehingga, ketinggian ini sangat relatif karena hanya berbeda beberapa meter saja dibandingkan Gunung Sibuatan.
Persiapan Mendaki Gunung Sibuatan
Rombongan kami yang akan mendaki Gunung Sibuatan, bergerak dari Medan dengan mengendarai sepeda motor pagi hari sekitar pukul 04 pagi. Tiba di Desa Nagalingga sekitar pukul 12 siang, setelah istirahat sejenak di Simpang Merek. Sekitar pukul 01.00 kami tiba di base camp. Sesungguhnya ini adalah gubuk petani desa, terletak di paling ujung yang berbatasan dengan pintu masuk hutan.
Di sebelah base camp terdapat Sungai Kecil. Lumayan untuk membersihkan badan atau mandi sekaligus mengkemasi barang bawaan dalam pendakian. Sementara yang tidak perlu bisa ditinggal, dititipkan di rumah petani. Sepeda motor juga bisa dititipkan di sini. Tetapi, mobil tidak bisa menjangkau lokasi base camp ini.
Setelah selesai menyusun perlengkapan, kemudian makan siang – makan sosis dan nugget goreng terasa maknyus -, pendakian pun dimulai. Kami bergerak sekitar pukul 2 siang. Dengan asumsi pendakian akan menempuh tujuh jam perjalanan, maka sekitar pukul 10 malam kami akan tiba di puncak dan dapat bermalam sehingga esok pagi bisa melihat matahari terbit sebelum turun. Pertama-tama kami melewati hutan dengan pohon-pohon tinggi nan rimbun. Karena lelah, kami istirahat sejenak sambil bercanda untuk menghilangkan lelah.
Perjalanan mendaki Gunung Sibuatan
Setelah dirasa cukup, perjalanan mendaki Gunung Sibuatan kami lanjutkan. Di salah satu persimpangan, kami mengambil simpang ke arah kanan. Perjalanan terus dilakukan. Semakin lama semakin menuju semak di daerah terjal, bukan hutan lumut. Sebagian anggota rombongan adalah para pendaki sehingga segera menyadari bahwa ada yang salah. Dan ternyata benar, ini jalur yang salah. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk kembali ke persimpangan awal. Dengan demikian, 2 jam telah terbuang.
Setelah tiba di persimpangan, rombongan mengambil jalur yang lurus dari arah base camp, seharusnya tidak belok kanan seperti yang dilakukan di awal. Setelah sekitar 1 jam perjalanan dari persimpangan tadi, dengan jalan yang terus menanjak, kami memasuki kawasan hutan lumut.
Pemandangan di hutan ini mengingatkan saya pada film Lord of the Ring. Sungguh menakjubkan. Tanah gembur, kemudian harus merayap-rayap melewati akar-akar pohon membuat rombongan merasa lelah. Berbagai jenis keanekaragaman hayati dari berbagai jenis tumbuhan, satwa liar masih bisa ditemukan. Fakta tanaman kantong semar dapat dibuktikan di sini.
Banyak pemberhentian dilakukan untuk istirahat, maklum sebagian besar adalah pendaki pemula. Setelah berjam-jam melewati hutan lumut, kami akhirnya tiba di puncak sekitar pukul 03 dinihari. Walau perjalanan mendaki Gunung Sibuatan melelahkan, tetapi sungguh berkesan.
Dari perjalanan mendaki Gunung Sibuatan, kami dapat lebih memahami pengertian lingkungan hidup, juga pentingnya melakukan konservasi sumber daya alam untuk tetap menikmati manfaat tumbuhan dan satwa liar bagi kehidupan manusia.
Mendaki Gunung Sibuatan
Gerimis mulai turun, segera seluruh tim mempersiapkan tenda sebelum hujan turun. Tetapi, ternyata hujan turun cepat, walau tidak deras. Kabut pun mulai menyelimuti dengan begitu pekat. Setelah diguyur hujan sesaat, tenda-tenda berdiri. Seluruh anggota tim masuk ke tenda dan berganti pakaian. Memakai pakaian kering adalah kewajiban untuk menghindari hipotermia – serangan dingin pada tubuh yang dapat berakibat fatal dan berujung kematian. Di dalam tenda ada yang masak dan ada yang langsung tidur. Hujan terus turun degan deras, menemani tidur kami yang semakin pulas.
Setelah tertidur sekitar 2-3 jam, cahaya matahari pagi mulai menembus tenda. Sebagian anggota tim bangun, sebagian masih meneruskan tidurnya, mungkin dikarenakan rasa lelah luar biasa. Bagi yang bangun, segera memasak air untuk minuman panas seperti kopi, teh, susu. Ada juga memasak mi instan. Sebagian membawa makanan kaleng atau sekedar makan snack. Paling penting logistik harus cukup. Pagi diselimuti kabut ringan.
Harapan untuk melihat matahari terbit, pemandangan indah Danau Toba dari puncak Gunung Sibuatan sirna karena kabut semakin tebal. Setelah ditunggu sekitar 3 jam, kabut tetap tidak menipis. Kami putuskan turun sekitar pukul 09 pagi. Dengan perhitungan bahwa turun akan memakan waktu sekitar 5-6 jam. Benar saja, sekitar pukul 3 sore kami tiba di base camp.
Di base camp, seluruh anggota tim membersihkan diri di sungai kecil di depan gubuk. Kami juga memasak kopi sisa, sekedar untuk menghangatkan badan setelah perjalanan turun diserang hujan deras. Perjalanan mendaki Gunung Sibuatan, gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Utara pun berakhir. Sekitar pukul 5 sore kami bergerak kembali ke Medan.